Renungan
6: Maafkanlah
Jadilah
engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raaf:199)
Saat
kita dilukai oleh seseorang tentu akan menyisakan luka pada diri kita. Namun
luka yang lebih berbahaya adalah luka di hati, luka secara emosional. Luka
emosional sering kali muncul saat kita diejek, direndahkan, dihina, atau berbagai
tindakan yang mengarah ke harga diri kita. Saat emosi kita luka, kita akan
sangat protektif, mengapa karena luka di atas luka lebih menyakitkan dari
pada
luka baru.
Luka
emosional akhirnya sering menjadi sabotase bagi diri kita untuk meraih sukses.
Kita
takut gagal yang ujung-ujungnya takut diejek oleh orang lain. Kita juga
sering takut oleh anggapan dan perkataan orang lain. Ini adalah akibat luka emosional
yang masih ada dalam diri kita. Selama kita masih memiliki luka emosional, kita
akan tetap sangat protektif yang secara tidak langsung sesuatu yang menyabotase
diri Anda sendiri. Seperti luka fisik, luka emosional juga bisa disembuhkan.
Saat kita tertusuk duri, agar jari kita sembuh, satu langkah penting ialah
dengan mencabut duri yang ada pada diri kita. Luka tersebut tidak akan sembuh
jika kita tidak mencabut durinya terlebih dahulu. Begitu juga dengan luka
emosional, hanya akan sembuh jika penyebab lukanya sudah kita cabut, caranya
dengan memaafkan orang yang membuat kita luka emosional.
Dengan
memaafkan, luka emosional kita akan sembuh sehingga kita tidak akan over
protective lagi terhadap diri kita. Kita akan lebih tenang, tentram, sehat,
dan mendapatkan kedamaian pikiran. Tentu saja, memaafkan yang tulus, yang benar-benar
memaafkan tanpa syarat. Memaafkan yang seolah-olah orang yang melukai Anda
tidak pernah melukai Anda dimasa lampau, bahkan bisa jadi dia
adalah
orang yang telah berjasa kepada kita karena memberikan peluang bagi kita untuk
mendapatkan pahala dari memaafkan dan hikmah dari peristiwa yang bersangkutan. Dengan
memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih ringan,
lapang dan leluasa. Tidak ada lagi ganjalan sesuatu pun di dalam hati kita yang
menghambat pikiran dan tindakan kita. Kita memandang masa depan dengan lebih
optimis, karena sesuatu yang kita lihat begitu cerah dan menjanjikan.
sumber: motivasi-islami.com