Sabtu, 26 November 2011

" ADAB BERBICARA "


بسم الله الرحمن الرحيم

Sebagai manusia yang hidup dalam suatu kelompok yang disebut dengan masyarakat, maka tidak mungkin kita tidak berbicara dengan banyak kalangan masyarakat yang ada disekitar kita. Oleh karena itu untuk menjadi bagian masyarakat yang dapat diterima di semua kalangan, ada baiknya jika kita menerapkan pergaulan yang islami. 
Kita yang adalah makhluk ciptaan Allah SWT, yang telah dibekali dengan akal dan fikiran dari Yang Maha Kuasa, sebaiknya kitapun mengenal beberapa hal yang merupakan adab-adab berbicara, diantaranya yaitu :

Berbicaralah dengan hal yang baik atau diam sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiallahu anhu beliau berkata: Rasulullah Salallaahu Alaihi Wassalam bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْلِيَصْمُت


"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka berbicaralah dengan baik atau diam". (HR Bukhari).

Berkata baik merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu shodakoh, hal ini sebagaimana tersirat dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ,كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ:يَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صََدَقَةٌ,وَيُعِيْنُ الرَّجُلَ عَلىَ دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا أَوْيَرْفَعُ مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَاْلكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ...
"Setiap persendian tubuh manusia (membutuhkan) sodaqoh setiap hari tatkala terbit matahari, berbuat adil di antara dua orang adalah sodaqoh, menolong orang menunggangi hewan tunggangannya juga mengangkat barang bawaannya adalah sodaqoh dan berbicara dengan kalimat yang baik adalah sodaqoh". (H.R.Bukhari)
Bahkan orang yang berkata baik akan dijauhkan dari api neraka sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Adi' bin Hatim radhiallahu anhu bahwa Nabi SAW bercerita tentang api neraka kemudian beliau memalingkan wajahnya sambil minta perlindungan darinya, lalu bercerita tentang api neraka kemudian beliau memalingkan wajahnya sambil minta perlindungan darinya, kemudian bersabda: 

ِاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
"Jagalah diri kalian dari api neraka walau dengan sebelah kurma barang siapa yang tidak mendapatkannya maka dengan ucapan yang baik". (HR Bukhari).

Mendorong diri sedikit berbicara, sebab banyaknya berbicara akan menyebabkan seseorang terjerumus kedalam perbuatan dosa, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَّي وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مِجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ
"Dan sesungguhnya orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat adalah orang yang banyak bicara". (HR. At Tirmidzi).

Menjauhi perbuatan ghibah, sebagaimana firman Allah SWT: 

وَلاَيَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا
"Janganlah sebagian kalian menggunjing terhadap sebagian yang lain". [QS. Al Hujarat : 12].

Untuk kita ketahui bersama, bahwa ada ‘ghibah’ yang diperbolehkan, yaitu:
1. Diperbolehkan bagi orang yang terzalimi menceritakan kezaliman orang lain kepada pemerintah dan hakim.
2. Bertujuan untuk merubah kemungkaran.
3. Meminta fatwa (Seperti halnya ia berkata Fulan menzalimiku dengan ini dan itu).
4. Untuk mengingatkan dan menasehati kaum muslimin dari keburukan. (dengan maksud menasehati).
5. Orang yang digibahi adalah seorang yang benar-benar menampakkan kefasikan dan kebid'ahannya.
6. Untuk memberikan keterangan kepada orang-orang (yang bertanya), bilamana orang tersebut terkenal dengan sebutan seperti bermata kabur, pincang dan buta, dan diharamkan memberikan keterangan itu dengan tujuan menghinakannya.

Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memaknai ‘ghibah yang diperbolehkan’, yaitu :
1. Niat ikhlas hanya untuk mencari keridho’an Allah semata.
2. Berusaha untuk tidak menyebutkan nama orang tertentu semaksimal mungkin.
3. Mengingatkan seseorang dengan apa yang diperbolehkan baginya.
4. Berkeyakinan bahwa tidak akan ada kerusakan lebih besar yang diakibatkan oleh ghibah yang diperbolehkan seperti telah kita uraikan sebelumnya.

Beberapa hal yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat ghibah, antara lain :
1. Untuk menyalurkan kemarahan. Maka agar hal itu tidak terjadi, maka selalulah kita mengingat sabda Nabi SAW :

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللهُ عَزَّوَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ اْلحُوْرِ مَاشَاءَ
"Barang siapa yang menahan kemarahan, padahal dia mampu untuk melakukannya maka Allah SWT akan menyerunya atas di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat, untuk memilih bidadari yang dikehendakinya". (HR. Abu Daud). 

2. Untuk tujuan agar dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan dan sengaja mengada-adakan sikap baik kepada teman. Maka hendaklah kita mengingat akan sabda Nabi SAW : 

وَمَنِ اْلتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللهِ وَكََلَهُ اللهُ إِلَى النَّاسِ
"Barangsiapa mencari kerelaan manusia dengan (berbuat sesuatu yang) dibenci oleh Allah maka Allah pasti menyerahkan urusannya kepada manusia". (HR.At-Tirmidzi).

3. Bertujuan untuk meninggikan derajat dirinya dengan cara mengejek orang lain. "Obat" bagi orang yang memiliki sifat tersebut adalah mengetahui bahwasannya apa-apa yang dimiliki oleh Allah adalah lebih baik dan lebih kekal.

4. Bersenda gurau dan bercanda. Rasulullah SAW bersabda:

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبَ لِيَضْحَكَ بِهِ اْلقَوْمُ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
"Celaka bagi orang yang berkata kemudian berbohong supaya orang-orang tertawa, maka celaka baginya, maka celaka baginya". (HR.Abu Daud). 

5. Iri dengki, Rasulullah SAW bersabda: 

لاَ يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ:اَْلإِيْمَانُ وَاْلحَسَدُ
"Tidaklah berkumpul dalam hati seorang hamba: iman dan sifat dengki.(HR. Sholih).

6. Menisbatkan sesuatu pada orang lain dengan maksud membersihkan diri darinya.

7. Banyak waktu yang kosong, tetapi tidak dimanfa’atkan untuk kegiatan yang bertujuan untuk kebaikan diri sendiri ataupun oranglain.

8. Untuk mendekatkan diri kepada pemimpin dan penguasa.

Sekarang kita tinggalkan dulu pembahasan tentang ‘ghibah’, karena masih banyak yang akan kita ungkapkan tentang adab-adab dalam berbicara, sesuai dengan topik yang kita munculkan disini. Adab-adab selanjutnya yaitu :

Menjauhi perbuatan mengadu domba sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ قَتَّاتٌ
"Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba". (HR. Sholih Al Jamii’).

Hal yang harus diperhatikan oleh orang yang menerima ‘namimah’ :
1. Tidak membenarkannya.
2. Melarang dan menasehati (pelaku namimah) agar dia menjauhi perbuatan tersebut
3. Membencinya karena Allah sebab hal tersebut dibenci oleh Allah SAW.
4. berprasangka buruk pada saudaranya yang tidak ada di hadapannya.
5. Tidak memata-matai dan mencari kesalahan orang lain.
6. Dia tidak merelakan bagi dirinya apa-apa yang telah dilarangnya (dari perbuatan namimah) tentang pribadinya, maka janganlah menceritakan perbuatan namimah orang tentang dirinya ia berkata: Fulan mengisahkan padaku seperti itu kemudian jadilah ia seorang pengadu domba.

• Tidak menceritakan setiap pembicaraan yang didengar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَاسَمِعَ
"Cukuplah bagi seseorang berbuat dosa dengan menceritakan setiap apa yang didengarnya". (HR.Muslim).

Menjauhi diri dari berbuat bohong dan berkata bohong, sebagaimana firman Allah SWT: 

يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوْا اتْقُوْا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّدِقِيْن
"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan jadilah kalian bersama-sama orang yang benar. [QS. At-Taubah(10) :119].

Tidak berkata kotor dan berbuat kotor, serta setiap perkataan yang keji. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلاَ مُتَفحِّشًا
"Nabi shallallahu alaihi wa sallam bukanlah seorang yang berkata kotor dan berbuat kotor".(HR.Bukhari).

• Keutamaan orang yang meninggalkan berdebat walaupun dia benar. sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فَي رَبََضِ اْلجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا
"Aku adalah pemimpin pada sebuah tempat di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia benar".

• Tidak berbohong hanya untuk membuat orang tertawa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

وَيْلٌ ِللَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبَ لِيَضْحَكَ بِهِ الْقَوْمِ وَيْلٌ لَهٌ وَيْلٌ لَهُ
"Celaka orang yang berbicara kemudian berbohong supaya orang-orang menertawakannya celaka baginya, celaka baginya".(HR.Abu Daud).

Menoleh pada orang yang sedang berbicara dengan kita, maka itu adalah amanah sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

إِذَا حَدَّثَ الَّرجُلُ بِاْلحَدِيْثِ ثُمَّ اْلتَفَتَ فَهِيَ أَمَانَةٌ
"Bilamana seorang membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah. (HR. Abu Daud).

• Menghargai orang yang lebih tua. Mendahulukan orang yang lebih tua dalam berbicara, dan berbicara harus dengan kalimat yang jelas yang dapat dipahami oleh semua orang dan tidak mengada-ada serta berlebih-lebihan.

• Tidak memotong pembicaraan orang lain. walaupun orang yang sedang berbicara itu adalah teman sebaya, anak-anak, apalagi orang yang lebih tua dari kita.

Berbicara dengan suara pelan, pelan-pelan dan tidak pula tergesa-gesa, agar dapat dimengerti oleh orang lain. Allah SWT berfirman :
وَاغْضُضْ مِنْ َصوِْتكَ  
"Pelankanlah suaramu". [QS.Lukman : 19].

Tidak menceritakan tentang kepribadian untuk membanggakan diri sendiri, Sesuai dengan firman Allah SWT :
فَلاَ تُزَكُّـوا أَْنفُسَكُمْ
"Maka Janganlah kamu mengatakan dirimu suci". [QS. An Najm : 32).

• Menjaga perasaan orang lain. Tidak mementingkan diri sendiri. Menjauhi kata-kata yang haram dan tidak mengungkapkan cacian kepada khalayak.

Hendaknya setiap muslim menjaga lidahnya sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad rahimahullah sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:

إِِنَّ الرَّجلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَضْحَكُ بِهَا جلَسَاءُهُ يَهْوِي بِهَا مِنْ أَبْعَدَ مِنَ الثُّرَيَّا

"Ada kalanya seseorang berbicara dengan suatu kata di mana orang disekelilingnya tertawa dengan ucapannya, namun dengan kata tersebut dia terpelanting ke tempat yang lebih jauh dari bintang tsuroyya". (HR. Ahmad).

Semoga kita semua terhindar dari keadaan yang sedemikian.

Harapan :
Insya Allah penulisan ini banyak manfa'at serta berkah untuk kita semua. Aamiin.

      “KESEMPURNAAN HANYA MILIK ALLAH SWT SEMATA”

Assalamu’alaikum WW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar